Tulisan karya : Alrafatara Ardnika Basya
Berlatih beladiri adalah menjadi kegiatan rutinku setiap hari. Dalam seminggu 3
hari aku lakukan untuk berlatih beladiri. Hari selasa dan jumat adalah hariku
berlatih Kyokushin dan hari minggu adalah harinya Taekwondo, pagi latihan fisik
di lapangan dan sore latihan fight atau disebut TC (test
contact) yang dilakukan di dalam sebuah ruangan aula. Tempat latihan Taekwondo
kami sebut dojang dan tempat latihan Kyokushin kami sebut dojo. Dojo
tempat aku berlatih merupakan bangunan 3
lantai yang menurutku sangat bagus dan bersih. Dengan fasilitas area fitnes
pada lantai dasar, dan area berlatih pada lantai satu dan dua. Aku seperti anak
anak lain yang sering marah kalau disuruh orang tuaku berlatih beladiri, aku hanya
mau bermain game dan membaca komik saja, makanya aku memakai kacamata
dan minus mataku sudah lumayan besar. Tapi itu dulu pada saat awal aku belajar
beladiri. Aku tertarik beladiri saat melihat kakakku yang sudah terlebih dahulu
mengikuti Taekwondo,
tanpa mengeluh kakakku rajin melakukan olahraga tersebut.
Beladiri yang kakakku ikuti selain Taekwondo adalah Kyokushin dan Jiu jitsu,
ketiga jenis beladiri itu masing-masing punya kelebihan dan kekurangan yang
apabila digabung bisa menjadi perpaduan yang sempurna. Penekanan Taekwondo pada
kaki, Kyokushin pada tangan dan kuda-kuda serta jui jitsu lebih kepada
perlawanan dengan cara lembut, tidak perlu kasar dan brutal namun langsung ke
titik perlawanan. Makanya tak heran selain badannya tinggi, ototnyapun kuat dan
lentur pada setiap gerakannya. Oh iya aku anak ke tiga dari empat bersaudara.
Kakakku dua orang dan keduanya sudah ikut beladiri lebih dulu dari aku, giliran
adikku yang baru berusia empat tahun mulai ikut berlatih Taekwondo di
hari minggu pagi. Doboknyapun sudah ayahku beli sesuai dengan ukuran badannya.
Meskipun masih harus digulung tapi tetap terlihat pas di badan adikku. Badan
adikkupun kuat dan tangguh dibanding dengan anak-anak seusianya. Dobok adalah
sebutan untuk pakaian yang digunakan pada beladiri Taekwondo, sedangkan
karategi adalah sebutan untuk pakaian yang digunakan pada beladiri Kyokushin.
Di Taekwondo aku sudah
menggunakan sabuk merah, setiap hari minggu tidak ada bosannya kedua orang
tuaku mengantarkan aku dan kakak adikku untuk berlatih Taekwondo. Dari sejak
aku duduk di kelas dua sampai sekarang aku kelas lima sekolah dasar. Aku
merasa dengan berolahraga badanku menjadi lebih sehat dan kuat. Kata ayahku,
beladiri sangat penting selain untuk membela diri bila terjadi sesuatu di luar
dugaan kita, beladiri juga membuat badan menjadi tinggi dan lentur. Berbagai
kejuaraan pernah aku ikuti. Tidak semua kalah, sering juga loh aku menang hehe.
Menang dan kalah dalam pertandingan itu biasa, kata ayahku asalkan kita bertanding dengan sunguh-sungguh, total dan semua gerakan yang telah diajarkan kita gunakan, ayahku tidak akan marah meskipun aku kalah. Oh iya teman, pernah pada saat aku dan kakakku mengikuti pertandingan pekan olah raga kota jakarta selatan, menurut ayahku, kakakku tidak total saat bertanding, padahal kemampuannya sudah melebihi lawan, namun karena grogi semua gerakan yang dilakukan tidak ada variasinya. Kakakku terlihat tidak melakukan serangan dan hanya menerima pukulan dan tendangan dari lawan. Ayahku tidak melihat menang atau kalah, tapi karena kakakku tidak total, piala yang berhasil didapatkan pada peringkat ke2 ayahku buang dan lempar. Semua pekerjaan harus kita kerjakan dengan sepenuh hati dan maksimal, istilah yang sering ayahku pakai adalah die die atau mati matian. Semenjak kejadian itu aku selalu bertanding dengan totalitas yang penuh dan maksimal.
Teman, meskipun aku menggunakan kaca mata sehari hari, saat bertanding aku tidak memakai kaca mata. Karena berkacamata sabeumku sering memanggilku harry potter, tapi kalau kata ayahku aku seperti superman, kalau sehari hari berkacamata, saat menghadapi musuh dan menjadi superman pasti tanpa kaca mata. Atau jangan jangan aku superman hahaha.....
Menang dan kalah dalam pertandingan itu biasa, kata ayahku asalkan kita bertanding dengan sunguh-sungguh, total dan semua gerakan yang telah diajarkan kita gunakan, ayahku tidak akan marah meskipun aku kalah. Oh iya teman, pernah pada saat aku dan kakakku mengikuti pertandingan pekan olah raga kota jakarta selatan, menurut ayahku, kakakku tidak total saat bertanding, padahal kemampuannya sudah melebihi lawan, namun karena grogi semua gerakan yang dilakukan tidak ada variasinya. Kakakku terlihat tidak melakukan serangan dan hanya menerima pukulan dan tendangan dari lawan. Ayahku tidak melihat menang atau kalah, tapi karena kakakku tidak total, piala yang berhasil didapatkan pada peringkat ke2 ayahku buang dan lempar. Semua pekerjaan harus kita kerjakan dengan sepenuh hati dan maksimal, istilah yang sering ayahku pakai adalah die die atau mati matian. Semenjak kejadian itu aku selalu bertanding dengan totalitas yang penuh dan maksimal.
Teman, meskipun aku menggunakan kaca mata sehari hari, saat bertanding aku tidak memakai kaca mata. Karena berkacamata sabeumku sering memanggilku harry potter, tapi kalau kata ayahku aku seperti superman, kalau sehari hari berkacamata, saat menghadapi musuh dan menjadi superman pasti tanpa kaca mata. Atau jangan jangan aku superman hahaha.....
Selain beladiri dan
berlatih fisik akupun berlatih otak yaitu dengan cara menghafal al-quran.
Karena menurut mamahku hidup itu haruslah seimbang, otot dan otak keduanya
adalah bagian penting dalam tubuh yang kalau hanya salah satu saja yang dilatih
akan menjadi timpang. Salah satu latihan otak yang aku lakukan adalah menghafal
gerakan Taegok pada Taekwondo dan gerakan Kata pada Kyokushin, kedua gerakan
pada kedua cabang beladiri yang berbeda, ditambah lagi asal negara kedua
beladiri inipun berbeda, Taewondo dari Korea dan Kyokushin dari Jepang. Istilah
yang dipakai menyesuaikan dengan negara asal. Artinya secara tidak langsung aku
juga belajar bahasa Korea dan Jepang.
Di dalam keluargaku, hobi ayahku adalah bersepeda, ketika sma olahraga ayahku adalah judo, barulah setelah kuliah ayah mendalami jujitsu. Kalau ibuku jago di Taekwondo, oleh karenanya kakinya panjang dan badannya tegak. Dua sepupuku di Bandungpun melakukan olahraga beladiri, yaitu Jitkundo, namun karena untuk naik tingkat menjadi sabuk hitam harus pada usia 17 tahun, ia berputar haluan mendalami olahraga anggar dan panahan. Kedua olahraga tersebut tetap harus mempunyai dasar beladiri, terutama pada saat melakukan kuda kuda.
Meskipun di Taekwondo aku sudah sabuk merah, pada saat mengikuti Kyokushin aku harus mulai lagi dari awal menggunakan sabuk putih. Ternyata dengan begitu aku menjadi belajar tidak menjadi sombong dan rendah hati. Awal mula latihan Kyokushin aku kesal, karena teman temanku semua sabuknya sudah berwarna, ada yang orange, kuning, biru dan coklat. Selain kesal akupun malu dan gengsi karena akukan sudah sabuk merah pikirku. Seiring dengan waktu perasaan itu sudah mulai hilang, apapun kondisinya aku harus tetap semangat dan maksimal dalam menjalankan beladiri ini. Awalnya aku masuk ke kelas karate kid, namun karena senpai menilai aku mampu, aku dimasukan di kelas yang lebih tinggi dan berlatih bersama kakak-kakak yang sudah duduk di smp, sma, kuliah dan bekerja. Aku berlatih dengan seorang sensei yang meskipun sudah berumur tetap semangat dan selalu mengikuti latihan dari awal sampai selesai. Aku berlatih mulai jam 7 malam sampai jam 9 malam. Sebelum berlatih semua pekerjaan rumah telah aku buat, karena biasanya kalau latihannya keras, sampai di rumah aku pasti langsung tidur. Nah bila sampai di rumah aku tidak langsung tidur, berarti aku belum capai latihannya, kalau kata mamahku batrenya masih setengah hehe...
Di dalam keluargaku, hobi ayahku adalah bersepeda, ketika sma olahraga ayahku adalah judo, barulah setelah kuliah ayah mendalami jujitsu. Kalau ibuku jago di Taekwondo, oleh karenanya kakinya panjang dan badannya tegak. Dua sepupuku di Bandungpun melakukan olahraga beladiri, yaitu Jitkundo, namun karena untuk naik tingkat menjadi sabuk hitam harus pada usia 17 tahun, ia berputar haluan mendalami olahraga anggar dan panahan. Kedua olahraga tersebut tetap harus mempunyai dasar beladiri, terutama pada saat melakukan kuda kuda.
Meskipun di Taekwondo aku sudah sabuk merah, pada saat mengikuti Kyokushin aku harus mulai lagi dari awal menggunakan sabuk putih. Ternyata dengan begitu aku menjadi belajar tidak menjadi sombong dan rendah hati. Awal mula latihan Kyokushin aku kesal, karena teman temanku semua sabuknya sudah berwarna, ada yang orange, kuning, biru dan coklat. Selain kesal akupun malu dan gengsi karena akukan sudah sabuk merah pikirku. Seiring dengan waktu perasaan itu sudah mulai hilang, apapun kondisinya aku harus tetap semangat dan maksimal dalam menjalankan beladiri ini. Awalnya aku masuk ke kelas karate kid, namun karena senpai menilai aku mampu, aku dimasukan di kelas yang lebih tinggi dan berlatih bersama kakak-kakak yang sudah duduk di smp, sma, kuliah dan bekerja. Aku berlatih dengan seorang sensei yang meskipun sudah berumur tetap semangat dan selalu mengikuti latihan dari awal sampai selesai. Aku berlatih mulai jam 7 malam sampai jam 9 malam. Sebelum berlatih semua pekerjaan rumah telah aku buat, karena biasanya kalau latihannya keras, sampai di rumah aku pasti langsung tidur. Nah bila sampai di rumah aku tidak langsung tidur, berarti aku belum capai latihannya, kalau kata mamahku batrenya masih setengah hehe...
Kedua
latihan beladiri itu mengajarkanku untuk menjadi anak yang mempunyai disiplin
dan tanggung jawab. Pada Kyokushin misalnya, sebelum masuk ke dalam dojo, atau
apabila bertemu sensei dan senpai kata kata yang kami ucapkan adalah Osh,
sebagai rasa hormat kami pada pelatih dan teman teman Kyokushin. Pada saat
memasuki dojopun ada upacara yang harus dilakukan sebagai penghormatan kepada
seluruh pelatih, teman dan pengisi alam semesta.
Teman,
pada pertandingan Taekwondo ada dua cabang yang dipertandingkan yaitu Poomsae
dan Kyorugi, sedangkan pada Kyokushin cabang yang dipertandingkan yaitu Kata
dan Kumite. Dalam bertanding Taekwondo aku melakukan Kyorugi dan dalam
bertanding Kyokushin aku melakukan Kumite. Kyorugi artinya pertarungan, jadi dalam
satu arena dua
orang bertarung dan saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik pertahanan
kaki. Kumite artinya pertemuan tangan, jadi sama seperti pada Kyoruri, Kata-pun
dua orang bertarung untuk mendapatkan point. Perbedaan mendasar antara Kyorugi
dan Kata adalah pada perlengkapan yang digunakan. Pada Kyorugi selain body
protector ( pelindung badan ), aku harus menggunakan head guard (
pelindung kepala ), arm guard ( pelindung tulang hasta ), hins guard
( pelindung tulang kering ), simcha ( pelindung kemaluan ) dan gum
shield ( pelindung gigi ).
rajin bener seminggu bisa 4 kali latihan hehe baca juga: beladiri terbaik
ReplyDelete