Tuesday, March 1, 2016

Mulai Dengan 50 Ribu Rupiah


Tulisan dibuat oleh : Aldisaladiva Ardnika Basya


Kata ayahku, bakatku dalam menyimpan dan mengelola keuangan sudah terlihat sejak kecil. Saat itu, aku mendapat uang THR dari kedua orang tuaku ditambah dari nenek, kakek, tante dan omku. Sudah dapat dibayangkan jumlahnya banyak untuk ukuran anak kecil seperti aku. Waktu itu usiaku belum genap 5 tahun. Uang THR itu tidak langsung aku pakai untuk membeli mainan atau makanan, tapi aku langsung mengajak mamahku untuk membeli celengan. Celengan dari tanah liat berbentuk ayam yang sering aku lihat saat mengantar mamahku berbelanja di pasar. Sedikit-sedikit celengan itu kuisi dengan uang logam yang kudapat dari kembalian pada saat kedua orang tuaku berbelanja.
Ketika aku duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, bakat dagangku sudah mulai terlihat dan ayah selalu memupuk bakat yang kumliki dengan cara mengajarkan cara berjualan dengan baik dan benar.  Mulai dari membuat gelang, gambar-gambar lucu untuk kartu ucapan, komik bersambung, pernak-pernik pembatas buku aku buat dan aku jual kepada teman-temanku. Waktu itu ayahku memberikan aku uang Rp. 50.000 sebagai modal katanya. Uang hasil penjualannya aku simpan, kadang-kadang aku masukan dalam celengan atau aku titipkan pada mamahku untuk dikumpulkan dan bila sudah banyak tabungan di Bank adalah sasaranku.
Perasaanku sangat senang, ketika aku mendengar kabar bahwa band asal Australia kesukaanku 5 Second Of Summer akan mengadakan konser di Indonesa. Sayang tiket konsernya dijual dengan harga yang tidak murah. Namun tekadku bulat untuk menonton konser dan akan aku upayakan dengan sekuat tenaga, termasuk diantaranya dengan menabung. Sekitar 3 bulan aku berhemat saat jajan di sekolah, diantaranya dengan membawa bekal dari rumah dan mengurangi jajan yang tidak perlu. Namun tabungan uang jajanku tetap tidak cukup untuk membeli tiket itu. Akhirnya aku berkolaborasi dengan mamahku untuk berjualan makanan di sekolah. Mamahku yang menyiapkan, aku yang membungkus dan berjualan di sekolah. Modalnya aku sisihkan dari kumpulan uang jajanku. Mulai dari cemilan seperti bubble cake, cheese cake, spaghetti dan pasta, kentang topping keju dan lain-lain. Setiap bulan mamahku selalu menyisihkan gaji untukku. Gaji yang aku dapat aku kumpulkan untuk membuat dagangan baru.
Selain menjual makanan untuk teman-temanku, aku juga menjual slime. Itu loh benda yang terbuat dari lem, bersifat kenyal-kenyal bila ditarik-tarik dan tidak mudah putus. Selain untuk refreshing dan penghilang kejenuhan, slime juga dapat digunakan sebagai alat untuk membersihkan keyboard atau menghilangkan debu yang menempel di sela-sela keypad handphone.
Selain menjual pada teman-teman disekolah aku juga membuat akun sosial media seperti Instagram dan Line untuk media daganganku. Jadi orang-orang dari luar Jakarta dapat membeli makanan lezat buatan mamaku dan slime buatanku. Tapi sayang setelah uangnya terkumpul, tiket yang akan aku beli sudah sold out. “Belum rezeki“ ucap mamahku santai sambil membelai rambutku.  Jadi uang yang sudah aku kumpulkan,aku belikan perhiasan emas dan sepatu yang kuinginkan. Kata mamahku harga emas lebih stabil, selain uangnya ditabung dalam bentuk perhiasan, bila ada acara tertentu perhiasan itu bisa aku gunakan sebagai assesoris pemanis.
Tahun depan, aku ingin mencanangkan program anti 5.000, sama seperti mamahku yang sedang menjalankan program anti 20.000,  jadi setiap aku menemukan uang 5.000, aku akan menyimpan dan menganggapnya hilang. Aku bertekad, setiap  hari Jumat sebagian uangnya harus aku masukan ke mesjid atau panti asuhan yang ada di sekitar rumahku. Bila masih ada sisa aku kumpulkan lagi dan belikan emas atau masukan dalam tabungan di Bank. Senangnya, uang Rp. 50.000 yang pernah ayah berikan padaku, sekarang sudah bertambah dan akan terus bertambah. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit. Terima kasih ayah, terima kasih mamah.



   

No comments:

Post a Comment