Tulisan dibuat oleh : Aldisaladiva Ardnika Basya
Kata ayahku, bakatku dalam
menyimpan dan mengelola keuangan sudah terlihat sejak kecil. Saat itu, aku
mendapat uang THR dari kedua orang tuaku ditambah dari nenek, kakek, tante dan
omku. Sudah dapat dibayangkan jumlahnya banyak untuk ukuran anak kecil seperti
aku. Waktu itu usiaku belum genap 5 tahun. Uang THR itu tidak langsung aku
pakai untuk membeli mainan atau makanan, tapi aku langsung mengajak mamahku
untuk membeli celengan. Celengan dari tanah liat berbentuk ayam yang sering aku
lihat saat mengantar mamahku berbelanja di pasar. Sedikit-sedikit celengan itu
kuisi dengan uang logam yang kudapat dari kembalian pada saat kedua orang tuaku
berbelanja.
Perasaanku sangat senang, ketika
aku mendengar kabar bahwa band asal Australia kesukaanku 5 Second Of Summer
akan mengadakan konser di Indonesa. Sayang tiket konsernya dijual dengan harga
yang tidak murah. Namun tekadku bulat untuk menonton konser dan akan aku
upayakan dengan sekuat tenaga, termasuk diantaranya dengan menabung. Sekitar 3
bulan aku berhemat saat jajan di sekolah, diantaranya dengan membawa bekal dari
rumah dan mengurangi jajan yang tidak perlu. Namun tabungan uang jajanku tetap
tidak cukup untuk membeli tiket itu. Akhirnya aku berkolaborasi dengan mamahku untuk
berjualan makanan di sekolah. Mamahku yang menyiapkan, aku yang membungkus dan
berjualan di sekolah. Modalnya aku sisihkan dari kumpulan uang jajanku. Mulai
dari cemilan seperti bubble cake, cheese cake, spaghetti dan
pasta, kentang topping keju dan lain-lain. Setiap bulan mamahku selalu
menyisihkan gaji untukku. Gaji yang aku dapat aku kumpulkan untuk membuat
dagangan baru.
Selain menjual makanan untuk
teman-temanku, aku juga menjual slime. Itu loh benda yang terbuat
dari lem, bersifat kenyal-kenyal bila ditarik-tarik dan tidak mudah putus.
Selain untuk refreshing dan penghilang kejenuhan, slime juga
dapat digunakan sebagai alat untuk membersihkan keyboard atau menghilangkan
debu yang menempel di sela-sela keypad handphone.
Selain menjual pada teman-teman
disekolah aku juga membuat akun sosial media seperti Instagram dan Line untuk media
daganganku. Jadi orang-orang dari luar Jakarta dapat membeli makanan lezat
buatan mamaku dan slime buatanku. Tapi sayang setelah uangnya terkumpul,
tiket yang akan aku beli sudah sold out. “Belum rezeki“ ucap mamahku
santai sambil membelai rambutku. Jadi
uang yang sudah aku kumpulkan,aku belikan perhiasan emas dan sepatu yang
kuinginkan. Kata mamahku harga emas lebih stabil, selain uangnya ditabung dalam
bentuk perhiasan, bila ada acara tertentu perhiasan itu bisa aku gunakan
sebagai assesoris pemanis.
Tahun depan, aku ingin
mencanangkan program anti 5.000, sama seperti mamahku yang sedang menjalankan
program anti 20.000, jadi setiap aku
menemukan uang 5.000, aku akan menyimpan dan menganggapnya hilang. Aku
bertekad, setiap hari Jumat sebagian
uangnya harus aku masukan ke mesjid atau panti asuhan yang ada di sekitar
rumahku. Bila masih ada sisa aku kumpulkan lagi dan belikan emas atau masukan
dalam tabungan di Bank. Senangnya, uang Rp. 50.000 yang pernah ayah berikan
padaku, sekarang sudah bertambah dan akan terus bertambah. Sedikit-sedikit,
lama-lama menjadi bukit. Terima kasih ayah, terima kasih mamah.
No comments:
Post a Comment