Sunday, January 4, 2015

Diam

Saya kembali terdiam dalam keheningan malam. Semua sudah terbuai mimpi. Sedikit tersentak dengan berbagai ucapan
Meski sudah terbiasa, jiwa rapuh inipun punya tangis. Sedikit terisak, memohon bantuan Tuhan agar diberi kekuatan. Bukan cobaan besar yang mendera beberapa orang, namun terasa lebih tajam bagai hujatan pedang. Tertuju langsung ke pusat rasa. Terduduk diam penuh tangis, harapkan ampunan sang pencipta, agar dimudahkan dalam setiap langkah. Rasa letih telah menempel kuat. Tapi tak ada suara yang mampu keluar. Genangan luka telah bersatu meskipun mampu mengalir, namun tampak tersendat. 
Tuhan...saya layak bahagia, saya layak dicintai, saya layak dikasihi, saya layak diberi kelembutan & sentuhan bukan hanya saat bercinta. Saya layak didengarkan keluh kesahnya. Himpitan  rasa hilang, mungkin tergerus perlahan dalam setiap tangis. Tatapan kosong, meski sadar secercah bahagia akan menghampiri kelak.  Tidak ada bersit dalam hati untuk mengakhiri hidup dalam tragis, karena bidadari-bidadari kecil mengulurkan tangan penuh kasih, seakan menghapus kekesalan, kejenuhan. Hidup tidak sehampa tahun-tahun lalu, karena yakin Tuhan tidak tidur. Tuhan pasti punya cerita indah yang terpampang lebih luas dari duka & lara.
Tuhan bukan penat & jenuh, namun letih yang mendalam. Berharap untuk merubah garis senyum menjadi lebih cerah & bersemangat.

No comments:

Post a Comment