Menyesal dengan keadaan bukan jawaban yang menyelesaikan masalah. Tidak sepakat dengan satu titik temu bukan berarti akhir dari segalanya. Entah kenapa Suri terbangun dari tidur lelapnya. Sebenarnya bukan tidur lelap, tapi tidur sekejap karena keletihan yang melanda. Seorang wanita muda, energik & lincah, ramah dengan senyum yang selalu mengembang. Suri, nama yang diberikan orang tua angkatnya, meskipun Suri tau siapa orang tua kandungnya, tapi Suri merasa disinilah ia tinggal, karena selama ini dia sudah sangat nyaman hidup bersama keluarga angkatnya. Suri tidak sendirian di keluarga itu, ada Brigit adik angkatnya yang punya perawakan tinggi & berparas manis. Banyak orang yang bertemu kami berdua berkata bahwa kami mirip bagai pinang dibelah dua. Tidak jadi masalah buatku, namun berbeda dengan Brigit yang selalu kesal bila ada yang berkomentar kita bermuka sama.
Pertengakaran kecil terdengar sayup-sayup. Suri membuka sedikit matanya & menfokuskan pikirannya. Entah siapa yang mulai & apa permasalahannya. Beberapa hari yang lalu, smartphone Suri mendapat pesan singkat. Ternyata dari Myrna kakak kandung satu-satunya. Entah info dari mana, Myrna sedikit mengganggu tidur Suri. " Bapak selingkuh " " Dan kali ini sudah parah ". Sedikit sadar & tidak sadar Suri berusaha menutup rapat-rapat matanya, tetap terbangun & pikirannya mulai berterbangan. Apa maksud kali ini ? Apakah bapak sudah beberapa kali melakukan ini, bagaimana dengan ibu? Apakah beliau baik-baik saja? Buru buru diraih smartphonenya & langsung menghubungi Ibu. Dengan nada santai & tidak curiga sedikitpun, Suri memulai pembicaraan, " Hai bu, apa kabar. Lagi apa bu.". Ibunya menjawab santai meskipun terasa santai yang dibuat-buat “ Sibuk bungkus pesanan ri, ada apa ko tumben kamu hubungi ibu ? “. Sambil bernafas seolah-olah lega atau mungkin Suri tidak peduli, iya yakin ibunya baik-baik saja.
Untuk kesekian kalinya dalam satu hari Myrna mengirimkan pesan pada Suri. Kali ini Myrna minta dihubungi. Suri menghubungi Myrna. Sambil terisak Myrna bercerita panjang lebar, namun tiba-tiba terputus. Suri mengecek .. Oh pulsanya habis, nantilah saya hubungi kakak lagi, ucapnya dalam hati.
Selang beberapa hari Suri merasa hidupnya kembali normal, tanpa dipusingkan oleh hal-hal membingungkan. Adik iparnya tiba-tiba mengirim pesan singkat. " Mba, Abang sudah tidak cinta aku lagi ". Wah gumamku spontan. Ada apa sih dengan keluargaku. " Aku lagi hamil mba, tapi mas Lintang sudah tidak pulang 3 hari " sedikit menghela nafas. Berusaha menenangkan keadaan yang tidak terpikirkan akan dihadapi. Kalau hanya berkata " Sabar." Terlalu berlebihan padahal kadang kata itu yang biasa langsung terlintas.” Mas Lintang sedang berada di rumah wanita itu, Dian namanya mba, please tolong aku, cek keberadaan Mas Lintang “ Ingatan Suri menerawang ke awal tahun, saat adiknya Brigit ditalak suaminya, Irvan, karena suaminya, kenalan dia, Santi seorang pemijat plus lebih smart & menarik dibanding Brigit yang saat itu sedang mengandung & menunggu kelahiran anak keduanya. Brigit lebih dari sempurna, ia pastinya lebih smart dibanding wanita manapun yang Suri kenal. Begitupula dengan Hakim mantan bos Suri. Pria paruh baya yang menumpang kerja di Indonesia, meski sudah punya anak banyak di negaranya, punya rumah mewah bahkanpun istri yang cantik, masih sibuk berkutat dengan banyak wanita muda yang tidak hanya dia dekati di lingkungan tempat bekerja, bahkan sampai pub, cafe & hiburan malam. Semua wanita tidak ada satupun yang diperlakukan sopan, tapi tetap saja wanita-wanita itu menempel, dengan alas an tentunya.
Suri berusaha melupakan semua ingatan dia akan perselingkuhan yang sering terdengar keluar masuk telinganya. Tidakpun mau berusaha mencari jalan keluar karena semua masalah akan mendapat jawabannya sendiri sampai waktunya pas untuk masalah itu selesai.
Suri sadar kehidupannyapun tidak sempurna, suami tercintanya sedikit pernah bermain api. Memontage foto setengah terbuka badan salah satu artis dengan mengcrop wajahnya lalu mengganti dengan wajah salah satu teman pujaannya, sedikit banyak membuat hati Suri teriris. Suri kenal wanita itu. Sejak saat itu sulit buatnya percaya pada suami tercintanya.
Suri percaya, masalah itu hanya ada di pikirannya. Masalah itu hanya imajinasi. Meski sudah mencubit berkali-kali tangannya & ia rasakan sakit, seakan ia tidak yakin & tetap menganggap bahwa semua permasalahan itu adalah hanya ada dalam pikirannya. Suri tidak berani menerima kenyataan ini.
" Percaya ri, abah tidak selingkuh. Abah tidak kenal sama Dian. Abahpun tidak tau siapa Ruri. Mungkin abah dijebak " Kata-kata itu berulang kali Suri baca dari ponselnya. Hatinya tercabik, kesal, tidak yakin, ah entah perasaan apa lagi. Abah yang selama ini sangat dia hormati & benar-benar sayang pada umi, tidak mungkin sampai hati melakukan itu. " Tolong bilang pada Umi, tolong cari tau di mana umi ya ri, tolong pastikan umi baik-baik saja " ponsel itu mengirimkan pesan singkat lagi. 12 persen lagi sisa batrenya, buru-buru Suri mencari charger. Hari ini bekerja sangat keras ponselnya. Suri mengambil ponselnya yang lain. Menekan huruf " U " agak lama. Tersambung & terdengar suara berat, sedikit sengau suara Umi. " Ri, umi baik-baik saja, Umi hanya perlu introspeksi & tenang sedikit. Umi ada di rumah tante Milla, mungkin 2-3 hari di sini " . Ternyata sebelum berangkat Umi masih sempat siapkan makan malam buat Abah. Makanan kesukaan Abah yang ditata rapi di meja makan. " Jaga kesehatan ya Umi, Suri sayang Umi " seakan tidak tahu kata apa lagi yang pantas keluar dari mulutnya. Setidaknya sedikit tenang, karena Umi baik-baik saja. Sudah sering Suri menyaksikan hal ini, Abah memang tampan lagi cerdas, banyak wanita mengaguminya. Ketampanannya masih tampak di usia senja Abah. Meskipun rambutnya sudah memutih, Abah masih penuh dengan karisma. Katanya itu turunan yang diberikan eyang kakung pada Abah.
Dian & Ruri dua nama yang belakangan muncul & berputar dalam pikirannya. Foto2 kemesraan merekapun seakan menghantui Suri. Entah darimana Myrna dapatkan foto itu yang tentunya langsung ia share pada Suri. Lagi-lagi Suri menutup mata, dan berharap masalah yang sedang ia lihat dihadapannya akan serta merta menguap. Ternyata wanita dituntut sempurna, fisik & mental. Tapi laki-laki tidak perlu sempurna. Asalkan kaya, meskipun tidak tampan, asalkan berkedudukan tidak perlu rupawan, Asalkan penyayang tidak perlu setia, Asalkan adil tidak perlu sama rata. Terasa janggal. Ah...wanitapun bisa seperti itu. Kalau pria beristri banyak dirasa wajar, tapi wanita bersuami banyak dianggap hina dan tabu.
Pertengakaran kecil terdengar sayup-sayup. Suri membuka sedikit matanya & menfokuskan pikirannya. Entah siapa yang mulai & apa permasalahannya. Beberapa hari yang lalu, smartphone Suri mendapat pesan singkat. Ternyata dari Myrna kakak kandung satu-satunya. Entah info dari mana, Myrna sedikit mengganggu tidur Suri. " Bapak selingkuh " " Dan kali ini sudah parah ". Sedikit sadar & tidak sadar Suri berusaha menutup rapat-rapat matanya, tetap terbangun & pikirannya mulai berterbangan. Apa maksud kali ini ? Apakah bapak sudah beberapa kali melakukan ini, bagaimana dengan ibu? Apakah beliau baik-baik saja? Buru buru diraih smartphonenya & langsung menghubungi Ibu. Dengan nada santai & tidak curiga sedikitpun, Suri memulai pembicaraan, " Hai bu, apa kabar. Lagi apa bu.". Ibunya menjawab santai meskipun terasa santai yang dibuat-buat “ Sibuk bungkus pesanan ri, ada apa ko tumben kamu hubungi ibu ? “. Sambil bernafas seolah-olah lega atau mungkin Suri tidak peduli, iya yakin ibunya baik-baik saja.
Untuk kesekian kalinya dalam satu hari Myrna mengirimkan pesan pada Suri. Kali ini Myrna minta dihubungi. Suri menghubungi Myrna. Sambil terisak Myrna bercerita panjang lebar, namun tiba-tiba terputus. Suri mengecek .. Oh pulsanya habis, nantilah saya hubungi kakak lagi, ucapnya dalam hati.
Selang beberapa hari Suri merasa hidupnya kembali normal, tanpa dipusingkan oleh hal-hal membingungkan. Adik iparnya tiba-tiba mengirim pesan singkat. " Mba, Abang sudah tidak cinta aku lagi ". Wah gumamku spontan. Ada apa sih dengan keluargaku. " Aku lagi hamil mba, tapi mas Lintang sudah tidak pulang 3 hari " sedikit menghela nafas. Berusaha menenangkan keadaan yang tidak terpikirkan akan dihadapi. Kalau hanya berkata " Sabar." Terlalu berlebihan padahal kadang kata itu yang biasa langsung terlintas.” Mas Lintang sedang berada di rumah wanita itu, Dian namanya mba, please tolong aku, cek keberadaan Mas Lintang “ Ingatan Suri menerawang ke awal tahun, saat adiknya Brigit ditalak suaminya, Irvan, karena suaminya, kenalan dia, Santi seorang pemijat plus lebih smart & menarik dibanding Brigit yang saat itu sedang mengandung & menunggu kelahiran anak keduanya. Brigit lebih dari sempurna, ia pastinya lebih smart dibanding wanita manapun yang Suri kenal. Begitupula dengan Hakim mantan bos Suri. Pria paruh baya yang menumpang kerja di Indonesia, meski sudah punya anak banyak di negaranya, punya rumah mewah bahkanpun istri yang cantik, masih sibuk berkutat dengan banyak wanita muda yang tidak hanya dia dekati di lingkungan tempat bekerja, bahkan sampai pub, cafe & hiburan malam. Semua wanita tidak ada satupun yang diperlakukan sopan, tapi tetap saja wanita-wanita itu menempel, dengan alas an tentunya.
Suri berusaha melupakan semua ingatan dia akan perselingkuhan yang sering terdengar keluar masuk telinganya. Tidakpun mau berusaha mencari jalan keluar karena semua masalah akan mendapat jawabannya sendiri sampai waktunya pas untuk masalah itu selesai.
Suri sadar kehidupannyapun tidak sempurna, suami tercintanya sedikit pernah bermain api. Memontage foto setengah terbuka badan salah satu artis dengan mengcrop wajahnya lalu mengganti dengan wajah salah satu teman pujaannya, sedikit banyak membuat hati Suri teriris. Suri kenal wanita itu. Sejak saat itu sulit buatnya percaya pada suami tercintanya.
Suri percaya, masalah itu hanya ada di pikirannya. Masalah itu hanya imajinasi. Meski sudah mencubit berkali-kali tangannya & ia rasakan sakit, seakan ia tidak yakin & tetap menganggap bahwa semua permasalahan itu adalah hanya ada dalam pikirannya. Suri tidak berani menerima kenyataan ini.
" Percaya ri, abah tidak selingkuh. Abah tidak kenal sama Dian. Abahpun tidak tau siapa Ruri. Mungkin abah dijebak " Kata-kata itu berulang kali Suri baca dari ponselnya. Hatinya tercabik, kesal, tidak yakin, ah entah perasaan apa lagi. Abah yang selama ini sangat dia hormati & benar-benar sayang pada umi, tidak mungkin sampai hati melakukan itu. " Tolong bilang pada Umi, tolong cari tau di mana umi ya ri, tolong pastikan umi baik-baik saja " ponsel itu mengirimkan pesan singkat lagi. 12 persen lagi sisa batrenya, buru-buru Suri mencari charger. Hari ini bekerja sangat keras ponselnya. Suri mengambil ponselnya yang lain. Menekan huruf " U " agak lama. Tersambung & terdengar suara berat, sedikit sengau suara Umi. " Ri, umi baik-baik saja, Umi hanya perlu introspeksi & tenang sedikit. Umi ada di rumah tante Milla, mungkin 2-3 hari di sini " . Ternyata sebelum berangkat Umi masih sempat siapkan makan malam buat Abah. Makanan kesukaan Abah yang ditata rapi di meja makan. " Jaga kesehatan ya Umi, Suri sayang Umi " seakan tidak tahu kata apa lagi yang pantas keluar dari mulutnya. Setidaknya sedikit tenang, karena Umi baik-baik saja. Sudah sering Suri menyaksikan hal ini, Abah memang tampan lagi cerdas, banyak wanita mengaguminya. Ketampanannya masih tampak di usia senja Abah. Meskipun rambutnya sudah memutih, Abah masih penuh dengan karisma. Katanya itu turunan yang diberikan eyang kakung pada Abah.
Dian & Ruri dua nama yang belakangan muncul & berputar dalam pikirannya. Foto2 kemesraan merekapun seakan menghantui Suri. Entah darimana Myrna dapatkan foto itu yang tentunya langsung ia share pada Suri. Lagi-lagi Suri menutup mata, dan berharap masalah yang sedang ia lihat dihadapannya akan serta merta menguap. Ternyata wanita dituntut sempurna, fisik & mental. Tapi laki-laki tidak perlu sempurna. Asalkan kaya, meskipun tidak tampan, asalkan berkedudukan tidak perlu rupawan, Asalkan penyayang tidak perlu setia, Asalkan adil tidak perlu sama rata. Terasa janggal. Ah...wanitapun bisa seperti itu. Kalau pria beristri banyak dirasa wajar, tapi wanita bersuami banyak dianggap hina dan tabu.
Pada salah satu profil picture dalam contact listnya tertulis : “ It’s hard to be a woman, you must think like a man, Act like a lady, Look like a young girl and work like a horse “ Suri terdiam beberapa saat, ia membaca berulang tulisan itu dan langsung memposting ke semua jejaring social miliknya. Seakan Suri mengiyakan kebenaran tulisan itu. Hari ini Suri benar-benar letih luar biasa, seolah semangatnya hilang tak tentu arah. Kemarin entah bagaimana awalnya, pesan singkat mendarat di ponsel suaminya, rasanya ingin sekali Suri baca dan ia memberanikan diri untuk membacanya, pesan singkat berisi kata-kata candaan antar suaminya dan Ruri. Candaan yang begitu akrab. Seakan teringat dengan nama Ruri yang begitu familiar di telinganya. “ Jangan-jangan “, pikirnya cepat dan tanggap, sambil mencari pesan singkat dari Abah. “ Bagaimana mungkin suaminya kenal dengan Ruri, apa mungkin Ruri yang sama dengan yang abah kenal “. Sampai kapan persoalan ini berputar dalam kepalanya. Berpura-pura tidak mau tau dan akhirnya Suripun berkenalan dengan seorang lelaki yang begitu baik dan perhatian padanya. Suri sadar kebaikannya pasti ada embel-embel di belakangnya, Suri kembali menutup mata, karena ia lelah, bosan dan penat dengan keadaan yang tidak jelas ujungnya. Ia mulai tidak peduli dan menikmati kasih sayang baru yang diberikan lelaki itu padanya.
No comments:
Post a Comment